15 September 2019

Muhammad Mutawalli Al-Sya'rawi, Bapak Para Mufasir Era Kontemporer

Kubah makam Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi di desa Daqadus, Mit Ghamr, Mesir.
Ialah tokoh yang terkenal sebagai pendakwah Islam, tercatat dalam sejarah sebagai salah satu pendekar Mufassir, orang yang pertama kali menafsiri Alquran di televisi secara lisan dengan paripurna, dan orang yang menghidangkan tafsir al-Razi, tafsir al-Thabari, tafsir al-Qurthubi, tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain dengan mudah, yang mampu dicerna dengan baik oleh ulama dan orang awam.

Mufassir kontemporer ternama. Orang-orang menggelarinya dengan Imam Du’at, panglimanya para pendakwah, karena kemampuannya untuk menjelaskan berbagai permasalahan agama dengan sangat mudah nan ringkas.

Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi lahir 5 April 1911 di desa Daqadus, salah satu desa di Mith Ghamr, Provinsi Al-Daqahliyah, Mesir. Keluarganya bersambung nasab kepada Imam Ali Zainal Abidin bin Husain. Menyelesaikan hafalan Alquran di umur 11 tahun. Tahun 1922, melanjutkan pendidikannya di Ma’had Zaqaziq al-Ibtida’i al-Azhary. Kecerdasannya nampak sejak kecil. Menghafal syair, pepatah-pepatah Arab, dan hikmah-hikmah.

Tahun 1923 lulus, kemudian ia melanjutkan ke Ma’had Tsanawiyah. Semangatnya menyala untuk mempelajari syair dan sastra. Memiliki tempat khusus di antara kawan-kawannya. Dipilih sebagai ketua persatuan pelajar dan ketua perkumpulan para sastrawan di kota Zaghaziq.

Syaikh Sya’rawi berkata, “Ayahku adalah pecinta ilmu. Mendatangi para ulama, dan berkhidmah kepada siapapun yang berafiliasi dengan keilmuan. Desakannya padaku agar masuk al-Azhar adalah “mimpi” yang menimpa paman ayahku saat kelahiranku.”
Malam dilahirkannya seorang bayi bernama Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi adalah waktu datangnya kabar gembira yang kelak ditafsirkannya dalam perjalanan anak ini. Kabar gembira itu berbentuk mimpi yang dialami seorang yang salih, yang tak lain adalah paman ayahnya.
Gerbang makam Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi di desa Daqadus, Mit Ghamr, Mesir.
Syekh Sya’rawi menceritakan kisah luar biasa dari riwayat hidupnya.
“Kebiasaan ayahku adalah pergi ke masjid untuk melaksanakan salat Fajr. Dan beliau benar-benar menjaga kebiasaan itu. Dan pamannya juga menjaga kebiasan salat Fajr di Masjid Sayyidi Abdillah al-Anshari. Malam dilahirkannya aku, ayahku lambat pergi ke masjid, sementara orang-orang duduk sembari menunggu beliau.

Ketika tiba, pamannya bertanya,
“Dari mana saja kamu Mutawalli (ayah Syekh Sya'rawi)?”

“Bukankah istriku melahirkan tadi malam dan aku sibuk dengan urusan ini? Aku pergi ke Dayah (semacam bidan di zaman dahulu). Alhamdulillah, istiku melahirkan seorang lelaki.”

Orang-orang berseru, “Selamat Mutawalli!”. Kemudian, Paman berkata kepada ayahku, “Aku mendapat kabar gembira tentangnya dalam mimpiku.”

Lalu paman menunjuk ke mimbar masjid dan berkata, “Aku menyaksikan di atas mimbar itu ada ayam muda berdiam diri. Lalu berkhotbah di hadapan manusia! Dan orang-orang takjub lantas berkata, 'Ayam muda di atas mimbar dan berkhotbah!'

Salah seorang yang dikenal dermawan berkata, 'Asal muasal ayam muda yang fasih keluar dari telur yang berteriak!' Orang-orang tertawa.

Pamanku berkata, 'Ini bukan ayam muda fasih yang keluar dari telur yang berteriak itu. Ini adalah anaknya Mutawalli Sya’rawi.'

Setelah mendengar itu, ayahku berkata, 'Kelak dia akan menjadi orang Alim!'

Dan setelah itu, beliau mempersiapkanku ke al-Azhar al-Syarif, namun belum ingin melanjutkan ke sana.”

Perjalanan Mencari Ilmu

Ada satu peristiwa yang mengubah kehidupan Syekh Muhammad Mutawalli Al-Sya’rawi. Yakni ketika orang tuanya hendak menyekolahkannya ke Al-Azhar, sementara syaikh Sya’rawi lebih senang tinggal bersama kawan-kawannya mengurusi pertanian. Desakan orang tuanya untuk masuk Al-Azhar begitu kuat. Kemudian ayahnya membiayai dan mencarikannya tempat untuk tinggal.

Syekh Muhammad mensyaratkan agar orang tuanya membelikannya kitab-kitab Turats induk, Lughah, Ulum Alquran, Tafsir dan kitab-kitab Hadist, di antaranya: Iqdul Farid karya Ibnu Abd Rabbihi al-Andalusi. Tiga jilid. Syarah Nahj al-Balaghah, karya Abdu al-Hamid bin Muhammad bin Hibatullah. 21 jilid. Majma’ Amtsal karya Ahmad bin Muhammad al-Midani. Empat jilid. Al-Muzhir fi Ulum al-Lughah karya Imam Jalaludin al-Suyuthi. Dan seluruh karya-karya Musthafa Luthfi al-Manfaluthi.

Hal itu dengan maksud supaya orang tuanya merasa terbebani yang akhirnya dia bisa kembali lagi ke kampung halamannya. Namun, sang orang-tua cerdas tak kehabisan akal, lalu membeli semua kitab yang diminta seraya berkata, “Nak, aku tahu semua kitab ini bukan diktat kuliahmu. Tapi aku tetap membelinya sebagai bekal bagimu. Dan agar engkau bisa meneguk ilmu dari kitab-kitab itu. ”

Syekh Muhammad Mutawalli Al-Sya'rawi tertegun dengan perkataan bapaknya dan mulai saat itu beliau memantapkan jalannya mencari ilmu.
Area makam Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi di desa Daqadus, Mit Ghamr, Mesir.

Guru

Syekh Muhammad Mutawalli Al-Sya'rawi berguru kepada sejumlah ulama. Di antaranya, Syekh Abdul Halim Mahmud, Syekh Balqaid al-Jazairi, guru spritual beliau dan lain-lain

Syekh Al-Sya'rawi & Manhajnya dalam Penafsiran

Syekh Muhammad Mutawalli Al-Sya'rawi menghidangkan Tafsir Alquran dengan judul Al-Khawatir (bentuk jamak, berarti: gagasan, suara-hati, kemauan). Seakan-akan beliau menginginkan supaya tafsir dan kalimat-kalimat seputar Alquran tidak stagnan dan terkesan akademis. Namun, beliau menginginkan tafsirnya mampu dicerna berbagai kalangan. Baik dari kalangan pelajar maupun non-pelajar. Dan beliau memantapkan tujuannya dengan sempurna.

Karakteristik pertama yang membuat beda adalah minhaj penafsirannya, bahwasanya tafsiran beliau terhadap Alquran dalam bentuk lisan adalah hal yang unik dan baru. Karateristik yang kedua adalah Syekh Al-Sya’rawi diberi karunia oleh Allah Swt. menukil berbagai pemikiran lalu disampaikan dengan rangkaian kalimat yang padat, diksi-diksi yang lugas hingga orang-orang menangkap maksudnya tanpa susah payah.

Orang-orang yang mengikuti tafsir Syekh Sya’rawi, baik melalui media ataupun majelis-khusus, merasakan mendapat Futuh dari Allah ketika beliau berbicara. Menginspirasi lahirnya makna dan ide baru.

Jasa-jasanya

Ada agenda untuk memindahkan petilasan Nabi Ibrahim as. dari tempatnya yang semula ke tempat lain. Agenda pemindahan tersebut diprakarsai oleh ulama-ulama Saudi. Mereka ingin memindahkannya ke belakang. Mereka berpikir bahwa pemindahan tersebut semata guna memperluas tempat bagi orang-orang yang tawaf. Pada hari Selasa raja Saudi dijadwalkan memindahkan petilasan itu.

Syekh Sya'rawi mengatakan, "5 hari sebelumnya, aku mengetahui permasalahan tersebut spontan ketika selesai salat di Masjidil Haram. Ulama-ulama Saudi--dalam pemindahan itu--berdalih bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah memindahkan petilasan Nabi Ibrahim manakala berdempetan dengan kakbah."
Makam Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi di desa Daqadus, Mit Ghamr, Mesir.
Syekh Sya'rawi menyangkal hal tersebut dan menilainya menyelisihi syariat. Maka beliau mulai bergerak dengan cepat. Menghubungi beberapa ulama Saudi dan ulama Mesir yang menjadi delegasi di sana. Akan tetapi, mereka mengatakan bahwa keputusan sudah final. Bangunan baru telah usai dibangun.

Syekh Syakrawi mengatakan, "Aku mengirimkan tulisan sebanyak 5 halaman melalui telegraf kepada raja Saudi. Aku mengemukakan permasalahan tersebut melalui perspektif fikih dan sejarah. Aku berpendapat bahwa Rasulullah Saw. telah memindah petilasan tersebut, dari satu sisi mereka benar, sebab Rasulullah adalah utusan-Nya dan pembawa syariat. Namun ini bukan hujah buat kita agar memindahkannya dari tempat yang telah diletakkan oleh Rasulullah saw. Lalu sidna Umar ra. tidak melakukan pemindahan manakala banjir bandang menimpa Masjidil Haram dan menghempas batu petilasan ke tempat yang jauh.

Sidna Umar datang dari Madinah dengan perasaan khawatir. Beliau mengumpulkan sahabat dan menanyai mereka, 'Saya meminta bantuan kalian. Siapa di antara kalian yang mengetahui letak tempat petilasan Nabi Ibrahim ini di jaman Rasulullah? Salah seorang sahabat berdiri dan berkata, 'Wahai Umar! Sungguh aku telah mengukur tempat petilasan ini. Karenanya aku mengukur jalan yang menjadi tempat petilasan ini dengan tempat di sekitarnya.'

Lelaki ini menggunakan tali untuk mengukur jalan-jalannya. Sidna Umar meminta tali yang berada di rumah orang tersebut dan memastikan kebenaran perkataannya."

Surat yang dikirim melalui teregraf tersebut sampai ke raja Saudi. Raja mengumpulkan para ulama dan meminta mereka untuk mempelajari surat dari Syekh Sya'rawi. Mereka bersepakat dengan apa yang ditulis Syekh Sya'rawi. Kemudian turun keputusan dari raja untuk tidak memindahkan petilasan tersebut. Raja menyuruh untuk mempelajari usulan-usulan Syekh Sya'rawi untuk perluasan tawaf.

Syekh Sya'rawi menawarkan batu tersebut agar diletakkan di kubah kecil yang terbuat dari kaca yang tahan pecah. Hal itu dimaksudkan sebagai pengganti dari bangunan besar yang membuat sempit tempat tawaf.
Makam Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi di desa Daqadus, Mit Ghamr, Mesir.
Raja mengundang Syekh Sya'rawi. Memberikannya pakaian, jam dan pena. Setelah itu, Syekh Sya'rawi pergi menyendiri dan air mukanya berbinar-binar. Syekh Sya'rawi berkata, "Dua hari setelah turun keputusan dari raja, Allah mengaruniakan kemuliaan bagi kedua mataku. Aku melihat Nabi Ibrahim as. dalam mimpiku!"

Pujian Ulama

Syekh Fathi Hijazi mengatakan, "Jika bapak mufasir secara mutlak adalah Imam Ibnu Jarir al-Thabari, maka bapak mufasir abad 20 secara mutlak adalah Syekh Sya'rawi!

Ustadz Ahmad Bahjat menyebut beliau sebagai salah satu pendakwah Islam kenamaan di zaman sekarang. Kemampuan yang luar biasa itu membuatnya mampu menyampaikan rahasia-rahasia baru yang terdapat dalam Alquran. Kematangan kultur Balaghah membuatnya mampu mengetahui rahasia-rahasia I’jaz al-Bayan Alquran yang tidak diketahui banyak orang. Mampu menghadirkan diksi-diksi yang bisa dipahami oleh pengikutnya. Dan hal ini menyimpan pesan betapa pentingnya ketangkasan dalam menyampaikan.

Duktur Muhammad Imarah berkata, “Sya’rawi mempersembahkan hal-hal yang baik bagi Agama dan umat Islam dan kemanusiaan secara keseluruhan. Menjadikannya sebagai panutan bagi orang lain dalam berdakwah di jalan Allah dengan hikmah dan mauizah hasanah."
Gerbang makam Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi di desa Daqadus, Mit Ghamr, Mesir.
Syekh Sayyid Thanthawi berkata, “Beliau memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan pemahaman Islam yang benar, serta penjelasan yang gamblang mengenai tafsir Alquran dengan diksi-diksi unik. Memikat orang-orang dari beragam golongan.”

Syekh Al-Qaradhawi berkata, “Tak ada keraguan bahwasanya wafatnya Syekh Sya'rawi adalah kerugian yang buruk bagi pemikiran dan dakwah Islam. Seorang ulama Islam dengan akhlaknya telah menjadi simbol yang agung dari simbol-simbol dakwah Islam secara keseluruhan, dan khususnya dalam mengetahui secara sempurna tentang Islam. Ilmunya mendalam, ruhnya halus, jiwanya jernih dan menggambarkan seorang teladan yang dijadikan panutan dalam dimensi keilmuan, pemikiran, dan dakwah Islam."

Tutup Usia

Tepat 17 Juni 1998 beliau dipanggil oleh Allah. Wafat di usia 87 tahun. Ketika prosesi pemakaman beliau, tampak orang-orang bergerumun dan berdesak-desakan untuk mengantarkan kepergian beliau terakhir kali.

Sebagaimana yang diceritakan Syekh Saad Saad Jawish bahwasanya ketika Imam Ahmad Ibnu Hanbal meninggal, sekitar 800 ribu orang mengantarkan kepergiaannya. Bahkan hampir 12 ribu orang masuk Islam lantaran takjub menyaksikan kerumunan orang yang menghadiri pemakaman beliau. Imam al-Thabari hampir kurang lebih 3 bulan, orang-orang datang berbondong-bodong untuk salat ghaib di makam beliau. Demikian para kekasih Allah dimuliakan meski orang-orang dengki menghinanya dan mengingkarinya.

Syekh Sya'rawi mewariskan jalan hidup yang mahardika dan oase keteladanan pada umat.[]

Allahumma.. Iftah Lanaa Futuha Sya’rawi!

===============
Buuts, 14 September 2019 M
Penulis: Beben Syaibani
===============

Sumber:
Rihlah al-Hayah Syaikh Sya'rawi, Dar Roudhah
Catatan Syekh Ahmad Rabi'

Anak dari kedua orang tuanya. Murid dari guru-gurunya. Umat dari Nabinya. Hamba dari Tuhannya. Kuliah Dirasat Islamiyah Univ. Al-Azhar. Bisa ditemui di Gmail: Syihab2016azhar@gmail atau FB: Beben.