24 August 2014

Makam Syaikh Muhammad ibn Salim al-Hifni

[Dok. Qarafah - Ziarah Menyambut Ramadhan]
أمام مقام الإمام الشيخ محمد بن سالم الحفني - ثامن شيوخ الأزهر الشريف
(1767 M. - 1688 M. / 1181 H. - 1100 H.)
Tahlilan di depan makam Grand Syaikh Azhar ke-8; Syaikh Muhammad ibn Salim al-Hifni as-Syafi'i al-Khalwati.

NAMA LENGKAP:
Nagmuddin Abul Makarim Muhammad ibn Salim ibn Ahmad al-Hifni as-Syafi'i al-Khalwati.

Nasabnya sampai pada Sayyidina Hussein (cucu Rasul Saw.) melalui jalur ibu dari ayah Syaikh al-Hifni.

LAHIR
Syaikh al-Hifni lahir pada tahun 1100 H./1688 M. di sebuah desa bernama Hifna, kecamatan Bilbis, provinsi Syarqiya.

Sejarawan al-Jabarti memberikan catatan tentang penisbatan syaikh pada desanya, Hifna, "Nisbat ke desa itu jadi Hifnawi (dengan atau tanpa alif bakda nun) atau Hifni. Nisbat itu mengalahkan namanya sampai-sampai ia tak disebut kecuali dengan nisbat Hifna itu."

MASA BELAJAR
Masa kecil Syaikh al-Hifni bermula dari menghafal Alquran di desa.

Saat itu, ia baru sampai Surat as-Syu'araa namun syaikh di desanya; Syaikh Abdurrauf al-Bisybisyi memberikan saran pada ayahnya agar segera mengirimkan putranya itu ke al-Azhar.

Ayah Syaikh al-Hifni berpikir sejenak. Bagaimana tidak? Putranya baru berumur 14 tahun dan belum pula menyelasaikan hafalannya.

Setelah ayahnya yakin, berangkatlah al-Hifni kecil untuk 'nyantri' di al-Azhar yang memang pada saat itu lebih mirip pesantren salaf di Indonesia. Masjid al-Azhar dahulu menjadi tempat belajar sekaligus asrama bagi santri-santri dari seluruh penjuru daerah bahkan dunia.

Setelah menyelasaikan hafalan Alquran, Syaikh al-Hifni kembali disibukkan dengan hafalan-hafalan lainnya. Menghafal matan memang tercatat sebagai budaya pelajar-pelajar al-Azhar pada masa itu. Ia menghafalkan Alfiyyah ibnu Malik (nahwu); Sullam (mantiq); Jauharah (tauhid); Rahabiyyah (faraidl); Abi Syuja' (fikih); dan masih banyak lainnya.

MURID-MURID
Pada saat itu, Syaikh al-Hifni -rahimahullah- mempunyai banyak murid. Ulama-ulama pada masa itu pun menyaksikan bagaimana seorang al-Hifni yang masih muda dikelilingi begitu banyak 'santri'.

Tidak berhenti sampai di situ, murid-murid Syaikh al-Hifni di kemudian hari menjadi syaikh-syaikh yang ilmunya juga terus bercahaya.

Tak heran; Syaikh al-Hifni mendapat gelar Syaikhu as-Syuyukh (gurunya para guru). Tercatat sebagai muridnya: Syaikh Ahmad ad-Dardiri, Syaikh Mahmud al-Kurdi, Syaikh Ali al-Qinawi, Syaikh Ismail al-Yamani, Syaikh Hasan al-Makki, Syaikh Ahmad al-Adawi.

Yang menjadi Grand Syaikh Azhar;
- Syaikh Abdullah Syarqawi, Grand Syaikh ke-11
- Syaikh Muhammad al-Mahdi al-Abbasi, Grand Syaikh ke-21

Yang kedua; ialah Syaikh Azhar yang ayahnya ialah seorang muallaf. Ayah Syaikh Muhammad yakni Sidi al-Mahdi al-Abbasi merupakan pemeluk Masihi (Kristen-Koptik) yang bersyahadat di tangan Syaikh al-Hifni. Dari sini kedekatan Syaikh al-Hifni dan keluarga al-Mahdi al-Abbasi berawal.

(semua nama yang tertulis di atas masuk dalam daftar Sadah Tarekat Khalwatiyah)

AKHLAK
Syaikh al-Hifni ialah seseorang yang berakhlak mulia, dikenal tawadhu', dan seringkali bersedekah (baik secara sembunyi maupun terlihat). Ia orang kaya yang tak lupa bagaimana rasa sulit yang ia juga pernah rasakan dahulu. Pada dirinya tergambar kewibawaan yang diiringi kedermawanan.

Sejarawan al-Jabarti dalam Aja'ibil Atsar mencatat, "Ia alim allamah, satu-satunya orang seperti itu (dari segi ilmu dan amal) di zamannya. Ia tahu apa yang belum diketahui kebanyakan. Ia dikaruniai kesempurnaan dan ketelitian, di setiap cabang ilmu; ia ada di posisi depan. Ialah Syamsul Millah wa ad-Din Muhammad ibn Salim al-Hifnawi as-Syafii al-Khalwati.

Guru-gurunya menjadi saksi atas keutamaan dan keilmuannya. Ia memulai hidup sebagai orang yang miskin bahkan fakir. Dulu, ia menulis (saat itu belum dengan cetak) beberapa matan untuk murid-muridnya. Dari situ ia bisa mencukupi hari-harinya.

Sampai pada harta yang cukup, ia berhenti menulis (naskh) lalu fokus menyusun syair-syair serta karya tulis lain. Pada kemudian hari, ia dikenal sebagai penyair yang keilmuannya luas. (Adib; Sya'ir; Natsir)

KARYA TULIS
Banyak sekali karya tulis yang dihasilkan Syaikh al-Hifni, di antaranya:
- Hasyiyah ala Syarh al-Asymuni Alfiyah ibnu Malik
- Hasyiyah ala Syarh al-Hamziyyah Ibnu Hajar al-Haytami
- Hasyiyah ala al-Jami' as-Saghir li Suyuthi (Hadits)
- Tsamrah Bahiyyah fi Asma'i Shahabah Badriyyah (Tarikh)
- Hasyiyah ala Syarh al-Hafid ala Mukhtasar Jaddihi as-Sa'd at-Taftazani (Balaghah)
- masih banyak lainnya terutama pada bidang Adab, Sastra.

WAFAT
Syaikh al-Hifni wafat pada hari Sabtu, 27 Rabiul Awal 1181 H. (1767 M.) pada usia 80 tahun, dimakamkan pada hari berikutnya setelah disalatkan di Masjid al-Azhar yang disesaki banyak orang.
_______________________________
Semoga kita bisa mengambil contoh dari biografi singkat beliau. Kalaupun kita bukan orang yang sesaleh beliau, semoga anak-cucu keluarga kita bisa menuruni kebaikan beliau.

Kalaupun masih tidak, semoga kita dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mencintai orang saleh, sehingga kelak di hari akhir; kita dikumpulkan dengan orang-orang saleh yang kita cintai. Amin..

Shollu ala Sidnannabi!

Tim website Komunitas Sarkub Mesir.