09 March 2020

Al-Kharasyi, Syekh al-Azhar Pertama Sang Pengayom Umat

Makam Syekh Al-Azhar Muhammad Al-Kharasyi di Qarafah Mujawirin.
Nama beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Jamaluddin Abdullah bin Ali al-Kharasyi al-Asy'ari al-Maliki al-Azhari. Beliau lahir pada tahun 1010 H/1601 M di kampung Abu Kharasy. Oleh karena itu, nisbah beliau menjadi al-Kharasyi.

Abu Kharasy adalah nama sebuah kampung di distrik ar-Rahmaniyah, provinsi al-Buhairah. Sebagian ulama mengucapkannya Khirasyi dengan harakat kasrah pada huruf kha'. Namun yang lebih sahih, sebagaimama yang dijelaskan syekh Murtadha az-Zabidi dalam kitab Tāj al-'Arūs, dengan fathah seperti lafal Sahāb. Ulama juga berselisih dalam penulisan alif di belakang huruf ra’. Namun yang masyhur tanpa huruf alif. Nisbah al-Maliki menunjukkan bahwa beliau mengikuti mazhab Maliki dalam masalah fikih.

Masa Belajar dan Para Guru

Masa pertumbuhan dan belajar beliau tidak banyak terekam dalam sumber sejarah. Hal ini karena kepopuleran beliau terlihat di masa ketika beliau sudah menjadi orang besar. Namun demikian, kita bisa melacak melalui guru-guru beliau. Di antaranya:
- Syekh Jamaluddin Abdullah al-Kharasyi, ayah beliau sendiri;
- Syekh Nuruddin ‘Ali al-Ujhuri (967-1066 H);
- Syekh Burhanuddin Ibrahim al-Laqqani, pengarang nadzam Jauharah at-Tauhīd (w: 1041 H);
- Syekh Abdul Mu’thi al-Bashir.

Ilmu-ilmu yang beliau pelajari adalah tafsir, hadis, tauhid, tasawuf, fikih, usul fikih, ilmu kalam, nahwu, sharaf, 'arudh, balaghah, adab, tarikh, sirah nabawiyah, mantiq, wadh’i dan miqat.
Makam Syekh Al-Azhar Muhammad Al-Kharasyi di Qarafah Mujawirin.

Murid

Murid-murid beliau sangat banyak. Hal ini sangat wajar, karena beliau diberi umur yang panjang dan keberkahan dalam hidupnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sepeninggal beliau tidak ada ulama kecuali murid langsung atau murid dari murid beliau.

Di antara murid beliau yang terkenal adalah:
- Syekh Ahmad al-Laqqani;
- Syekh Ahmad an-Nafrawi;
- Syekh asy-Syabrakhiti;
- Syekh Abdul Baqi al-Qillini (Syekh al-Azhar ke-4);
- Syekh Ibrahim al-Fayumi (Syekh al-Azhar ke-6);
- Syekh Muhammad bin Abdul Baqi az-Zurqani, pensyarah kitab al-Muwaththa’;
- Syekh Abdullah asy-Syubrawi (Syekh al-Azhar ke-7);
- Syekh Ahmad ad-Dairabi, pengarang kitab Mujarrabat Dairabi; dan masih banyak lainnya.

Karya

Beliau mempunyai banyak karya dari berbagai disiplin ilmu. Di antaranya:
- Risalah tentang basmalah;
- Syarah Kabir atas Mukhtashar Khalīl dalam fikih mazhab Maliki;
- Syarah Shagir atas Mukhtashar Khalīl;
- Syarah Sanūsiyah Shugra atau sering dikenal dengan Ummul Barāhin;
- Muntaha ar-Raghbah fi Halli Alfādz an-Nukhbah, hasyiyah dalam bidang Musthalah al-Hadīts;
- Hasyiyah Īsāghūjī dalam bidang mantik; dan masih banyak karya beliau lainnya.

Keistimewaan

Di samping dikenal sebagai ahli ilmu, beliau juga dikenal sebagai orang yang mempunyai tingkat ketakwaan tinggi. Beliau juga dikenal sangat tawaduk, dermawan, dan juga sangat pemberani. Hal ini yang kemudian menjadikan beliau dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat, baik tingkat lokal maupun belahan dunia Islam. Sifat itu kemudian diikuti oleh para muridnya.

Beliau terkenal sangat tegas terhadap para penindas nan zalim, baik dari kalangan para penguasa maupun yang lainnya. Beliau tidak takut untuk menyuarakan hak. Beliau juga senantiasa membantu orang yang tertindas dan berdiri di sampingnya sampai si penindas mengembalikan hak kepada yang tertindas. Beliau tidak pernah menolak aduan dari masyarakat tanpa memandang status sosial mereka.
Papan nama makam Syekh Al-Azhar Muhammad Al-Kharasyi.

Keistimewaan dan keutamaan inilah yang kemudian menjadikan masyarakat Mesir, pada khususnya, menaruh kepercayaan kepada beliau dalam menangani masalah agama, sosial, ekonomi maupun hukum. Sehingga banyak masyarakat maupun pejabat yang sedang didera berbagai masalah itu, sowan kepada beliau dengan harapan masalahnya bisa menemui jalan terang. Maka wajar jika sampai saat ini masih sering terdengar ungkapan “yā Kharasyī“. Biasanya ungkapan ini terucap jika seseorang sedang didera sebuah masalah sebagai bentuk istighāsah.

Titik-temu dengan Ulama Nusantara

Pada masa syekh Kharasyi masih hidup, beberapa ulama Nusantara sudah melanglang-buana sampai ke negeri Yaman, Hijaz bahkan Syam dan Baghdad. Di antara mereka adalah syekh Abdurrauf Singkel, syekh Yusuf Makassar, syekh Abdul Muhyi Pamijahan dan syekh Ja’far Palembang. Nama terakhir yang disebut merupakan salah satu di antara sekian banyak murid dari Musnid al-‘Ashr saat itu, yaitu syekh Syamsuddin al-Babili (1000-1077 H/1591-1666 M).

Syekh Ja’far Palembang, dalam kitab al-'Iqdul Farīd karya syekh Yasin Padang, terhitung sebagai ulama Nusantara yang paling awal menerima sanad. Meskipun syekh Abdurrouf Singkel dan syekh Yusuf Makassar sebenarnya lebih awal dari beliau, namun sanad keilmuan keduanya tidak terekam dalam kitab al-'Iqdul Farīd.

Syekh Ja’far mempunyai murid bernama syekh Thoyyib dan syekh Hasanuddin Palembang. Mereka berdua merupakan putra beliau. Syekh Thoyyib mempunyai Murid bernama syekh Muhammad ‘Aqib dan syekh Sholeh Palembang. Mereka berdua merupakan keponakan beliau. Syekh Muhammad ‘Aqib Palembang mempunyai Murid bernama syekh Abdushshomad Palembang. Dari syekh Abdushshomad Palembang inilah banyak ulama nusantara yang lahir di tangan beliau. Di antara mereka adalah syekh Muhammad Nawawi bin Umar Banten, Bapak Pesantren Nusantara.

Kembali ke syekh Syamsuddin al-Babili, beliau merupakan salah satu murid dari syekh Burhanuddin Ibrahim al-Laqqani, pengarang Jauharah at-Tauhīd dan juga murid dari syekh Nuruddin al-Ujhuri. Syekh al-Laqqani dan syekh al-Ujhuri merupakan guru dari syekh Muhammad al-Kharasyi.
Bagan titik-temu keilmuan Syekh Al-Kharasyi dan ulama Nusantara.

Dengan kata lain, syekh al-Babili dan syekh al-Kharasyi sama-sama murid senior dari syekh al-Laqqani dan syekh al-Ujhuri. Seperti yeng sudah disebutkan syekh al-Babili adalah guru syekh Ja’far Palembang. Sementara itu syekh al-Laqqani dan syekh al-Ujhuri merupakan murid-murid dari imam Syamsuddin ar-Ramli dan juga murid dari para muridnya imam Suyuthi.

Ulama Agung Sejagat

Berpuluh-puluh tahun hidup di al-Azhar, beliau menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengajar. Hal ini menjadikannya sangat tenar di seantero jagat. Bukan hanya di Mesir, nama beliau melambung di dataran Syam, Maghrib, Afrika Tengah, Yaman, Hijaz dan belahan dunia Islam lainnya.

Seiring dengan memudarnya jabatan mufti Kesultanan Utsmani di Mesir, muncullah jabatan mufti tidak resmi (tidak diangkat langsung oleh pemerintah Utsmani). Di antara beberapa nama yang pada awalnya muncul sebagai mufti dari mazhab Maliki adalah syekh Muhammad bin Abdullah al-Kharasyi. Saking tenarnya beliau dalam berfatwa, sampai-sampai Syekh Ali as-Sha’idi (ulama besar mazhab Maliki) berujar, “orang-orang bergantung pada fatwa-fatwa beliau”.

Dengan membeludaknya pelajar yang ingin menikmati pendidikan di al-Azhar, diangkatlah seseorang yang mampu mengurus dan mengatur urusan di al-Azhar. Dari sini muncullah jabatan Syekh al-Azhar. Orang yang pertama kali ditunjuk untuk mengemban tanggung jawab besar ini adalah syekh al-Kharasyi.
Makam Syekh Al-Azhar Muhammad Al-Kharasyi (paling kiri).

Beliau mengemban jabatan Syekh al-Azhar semenjak munculnya jabatan ini, yaitu tahun 1090 H/1679 M. Jabatan ini beliau emban dengan baik selama sekitar 11 tahun sampai akhir hayatnya.

Akhir Hayat

Beliau memenuhi panggilan Rabb-nya pada hari Ahad pagi, tanggal 27 Zulhijah tahun 1101 H/1690 M pada umur 91 tahun. Setelah disholatkan, jenazah beliau dibawa ke Qarafah Mujawirin untuk dimakamkan di sana.
Makam Syekh Al-Azhar Muhammad Al-Kharasyi di Qarafah Mujawirin.

Makam beliau terletak di tengah Qarafah Mujawirin, ad-Darrāsah, di seberang jalan gedung Masyikhah al-Azhar. Di sampingnya terdapat makam ayahandanya, yakni syekh Jamaluddin Abdullah al-Kharasyi. Tepatnya di antara makam Syekh Abdurabbuh al-Qalyubi dan Grand Syekh (Syekh al-Azhar) Ibrahim al-Fayumi.

Wallāhu A’lam..
Lahumul Fatihah..

=================
Al-Gamaliyah, Kairo
Senin, 9 Maret 2020 M/14 Rajab 1441 H.
Penulis: Munawar Ahmad
===============

Sumber pustaka:
- Al-Mauqi' ar-Rasmi li Masyakhah al-Azhar;
- Asānīd al-Mishriyyīn, Usamah al-Azhari;
- Al-Iqd al-Farīd, Muhammad Yasin al-Fadani, dll...

Peziarah yang dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah. Sekarang sedang menempuh pendidikan di Univ. Al-Azhar, Kairo.