Kubah yang dibangun oleh Shalahuddin al-Ayyoubi dengan berat 9,5 Arodib atau sekira 800 kilogram ini terbuat dari tembaga.
Di atasnya terdapat miniatur menyerupai perahu yang konon dulunya menjadi tempat favorit untuk 'nangkring' bagi banyak burung. Sebagian orang mengatakan, burung-burung makan makanan dari dalam miniatur menyerupai perahu itu.
Namun,
sebagian ulama saleh berpendapat (dan ini yang paling tepat) bahwa
perahu itu menggambarkan sosok Imam Syafi'i rahimahullah sebagai lautan
ilmu, Bahrul Ulum.
Seorang ulama kesohor dari
Damaskus sekaligus penyair dan penulis berbagai literatur Islam tentang
sufisme, catatan perjalanan, hingga ilmu pertanian, Abdul Ghani an-Nabulsi rahimahullah (wafat 1731 M.) pernah ziarah ke makam Imam Syafii dan sempat melihat ujung kubah ini.
Menurutnya, perahu yang ada di atas sana itu dikenal dengan sebutan 'Usyari.
Perahu jenis ini hanya digunakan oleh petinggi pemerintahan, para
hakim, dan bahkan raja. Dari keterangan ini, sebagian menafsirkan hal
itu merupakan semacam pertanda bahwa sosok Imam Syafi'i merupakan
petinggi orang-orang saleh (salihiin).
Masih
menurut Abdul Ghani an-Nabulsi, ia naik ke atas kubah dan melihat secara
dekat untuk kemudian membuat deskripsi. Ia melihat miniatur perahu itu
penuh dengan biji-bijian (untuk makanan burung).
Ali Pasha Mubarak dalam karyanya al-Khithath at-Taufiqiyyah menyebutkan bahwa miniatur perahu itu memiliki luas sekira dapat menampung 0,5 Irdab biji-bijian (1 Irdab = 84,96 kg).
Tentang
perahu ini saja masih begitu banyak penafsiran-penafsiran dari beberapa
catatan lain. Namun, cukup sekian dulu sebab akan terlampau panjang
jika dibahasakan dengan tulisan.
Semoga kita mendapat limpahan berkah dari Sang Bahrul Ulum serta bisa berziarah di kompleks makam ini bagi yang belum mendapat kesempatan. Amin.
Sarkub Mesir, 25 April 2014
*dari berbagai sumber.
(FOTO: Copyright Waleed Ibrahim/PageSadahAuliya) |