Nama & Nisbah
Namanya adalah Syarafuddin, Abu Muhammad, Abu
‘Abdurrahman, Isa bin ‘Abdulqadir bin Abu Shalih Musa Al-Hasani Al-Jili
Al-Baghdadi Al-Hanbali Al-Qadiri.
Nisbah Al-Hasani merujuk kepada Imam Al-Hasan
bin Ali karena nasabnya bersambung ke sana. Tentang nasabnya, ada sebagian
sejarawan yang menuliskannya sampai Imam Al-Hasan bin Ali, dan ada pula yang
menuliskannya sampai Imam Al-Husain bin Ali. Namun yang rajih adalah yang
pertama, sebagaimana riwayat Ibnu Al-Jauzi dalam Al-Muntazham. Karena Ibnu Al-Jauzi adalah orang yang sezaman dengan
Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili. Adapun nasab Sayid Isa secara lengkap adalah sebagai
berikut.
Isa bin Abu Shalih Muhyiddin ‘Abdulqadir bin
Abu Shalih Musa Ats-Tsalis bin Abdullah Al-Jili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad
Al-Madani bin Daud Amir Makkah bin Musa Ats-Tsani bin Abdullah Abu Al-Makarim
bin Musa Al-Jaun bin Abdullah Al-Mahdh bin Al-Hasan Al-Mutsanna bin Imam
Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib.
Kendati yang rajih adalah nasabnya jalur ke
Imam Al-Hasan bin Ali, ternyata nasab Sayid Isa juga bersambung ke Imam
Al-Husain melalui jalur neneknya yang bernama Ummu Al-Khair Amatuljabbar
Fathimah binti Abdullah Ash-Shauma’i. Adapun nasabnya secara lengkap adalah
sebagai berikut.
Isa bin 'Abdulqadir bin Ummu Al-Khair Amatuljabbar Fathimah binti Abdullah Ash-Shauma'i bin
Abu Jamaluddin Muhammad bin Mahmud bin Abu Al-’Atha’ Abdullah bin Kamaluddin
Isa bin Abu ‘Ala’uddin Muhammad Al-Jawad bin Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kazhim
bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zain Al-'Abidin bin Imam
Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib.
Selain itu Sayid Isa juga mempunyai hubungan
nasab dengan Shahabah Abubakar Ash-Shiddiq dan Shahabah Umar bin Al-Khaththab.
Diungkapkan oleh Syekh Yunus As-Samira’i bahwa nenek Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili
dari jalur ayah yang bernama Ummu Salamah itu adalah zuriah Shahabah
‘Abdurrahman bin Abubakar. Sedangkan Abdullah Al-Mahdh, salah satu nenek moyang
Sayid ‘Abdulqadir itu punya ibu bernama Hafshah binti Abdullah bin Umar bin
Al-Khaththab.
Nisbah Al-Jili bukan merujuk kepada tempat
kelahiran Sayid Isa. Kemungkinan besar Al-Jili melekat pada namanya karena
ayahnya, Syekh ‘Abdulqadir, yang telah masyhur dengan nisbah Al-Jili. Sedangkan
jika ingin diteliti, nisbah Al-Jili sebenarnya merujuk kepada Desa Al-Jil, Kota
Al-Mada’in, Irak. Bukan merujuk kepada Jilan, sebuah daerah di Thabaristan.
Sehingga penisbahan Sayid ‘Abdulqadir dengan Al-Jilani menjadi tidak tepat.
Nisbah Al-Baghdadi merujuk kepada tempat kelahiran Sayid Isa yaitu Baghdad, Irak. Karena ayahnya, Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili, hijrah dari Al-Jil, Irak ke Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Di Baghdad beliau berguru, membangun rumah tangga, hingga wafat di sana. Nisbah Al-Hanbali merujuk kepada Imam Ahmad bin Hanbal yaitu pendiri mazhab yang dianutnya. Sedangkan nisbah Al-Qadiri merujuk kepada tarekat Al-Qadiriyyah yang ia anut.
Mengenyam
Pendidikan
Tidak diketahui secara pasti kapan Sayid Isa
dilahirkan. Di dalam buku-buku sejarah pun tidak disebutkan sama sekali
kehidupan masa kecil beliau. Namun setidaknya sejarawan mencatat beberapa nama
guru dan murid Sayid Isa serta sedikit riwayat hidupnya.
Selayaknya putra seorang ulama besar, ia
mendapatkan pendidikan pertama dari sang ayah mengenai dasar-dasar ilmu agama.
Apalagi kredibilitas sang ayah sebagai seorang fakih, ahli hadis, dan sufi
tidak ada yang menyangsikan. Selain kepada sang ayahanda, Sayid Isa juga
berguru kepada ulama-ulama di kampung halamannya, Baghdad, seperti Syekh Abu
Al-Hasan Muhammad bin Shirma, dan ulama-ulama ternama semasanya.
Sayid Isa sangat tekun belajar sehingga ia
diizinkan untuk mengajar, meriwayatkan hadis, berceramah, dan berfatwa. Tidak
kalah penting, Sayid Isa juga mendapatkan ijazah tarekat dari ayahnya sehingga
ia bisa menyebarkan dan mengijazahkan tarekat Al-Qadiriyyah ke masyarakat luas.
Hijrah
Ke Syam dan Mesir
Sepeninggal sang ayah, Sayid ‘Abdulqadir
Al-Jili, yaitu pada 10 Rabiulakhir 561 H, Sayid Isa hijrah keluar Baghdad untuk
mencari guru. Ia memasuki Syam pada tahun 562 H. Di ibukotanya, Damaskus, ia
berguru kepada Syekh Ali bin Mahdi bin Al-Mufarrij Al-Hilali.
Setelah dari Syam, Sayid Isa hijrah ke Mesir.
Di sana ia mendapat sambutan baik oleh ulama dan masyarakatnya. Sayid Isa
mendirikan majelis dan mengajar masyarakat di sana. Banyak ulama yang menyerap
ilmu darinya baik dari dalam maupun mancanegara. Sayid Isa adalah putra ulama
ternama yang mendapat gelar Syaikh
Baghdad (Guru Besar Negeri Baghdad), tentunya masyarakat Mesir sangat
antusias untuk mendengarkan hadis yang didapat dari ayahnya. Ia pulalah yang
memegang sanad tertinggi tarekat ayahnya Al-Qadiriyyah yang kelak akan tersebar
luas ke pelosok dunia. Di antara muridnya di Mesir yang tercatat adalah:
●
Syekh Abu
Turab Rabi’ah bin Al-Hasan Al-Hadhrami Ash-Shan’ani
●
Syekh Musafir
bin Ya’mur Al-Mishri
●
Syekh Hamid
bin Ahmad Al-Artaji
●
Syekh Ahmad
bin Ahmad, paman dari Syekh Hamid Al-Artaji
●
Syekh
‘Abdulkhaliq bin Shalih Al-Qurasyi Al-Umawi Al-Mishri
● Syekh Ahmad bin Maisarah bin Ahmad Al-Hallal Al-Hanbali
Selama di Mesir, Sayid Isa juga sempat pergi
ke Al-Iskandariyyah dan mengambil riwayat hadis dari Al-Hafizh Abu Thahir
As-Silafi.
Karya
Tulis
Ada dua manuskrip yang dinisbahkan kepada
Sayid Isa bin 'Abdulqadir Al-Jili. Manuskripnya dapat diperiksa di Dar Al-Kutub
Al-Mishriyyah atau Perpustakaan Umum Mesir.
●
Jawahir
Al-Asrar wa Latha’if Al-Anwar (tentang ilmu tasawuf)
●
Jawahir
Al-Adab (tentang syiir dan balaghah)
Wafat
di Mesir
Semenjak masuknya Sayid Isa ke Mesir, mazhab
Hanbali semakin banyak pengikutnya dan tarekat Al-Qadiriyyah mulai banyak
diikuti oleh masyarakat Mesir. Sehingga bisa dikatakan bahwa Sayid Isa bin
‘Abdulqadir Al-Jili adalah orang pertama yang menyebarkan tarekat Al-Qadiriyyah
di Mesir. Mengenai tanggal wafat Sayid Isa ada perbedaan pendapat.
●
Tanggal 12
Ramadan 573 H/11 Maret 1178 M, menurut Ibnu An-Najjar (w. 643 H) sebagaimana
klaimnya bahwa tanggal tersebut tertera di nisan Sayid Isa di Qarafah Sughra;
●
Tanggal 18
Ramadan 573 H/17 Maret 1178 M, menurut Sulaiman Al-Hawat bahwa ia mengutip dari
Al-’Urf Al-’Athir milik ‘Abdussalam Al-Qadiri (w. 1698 H);
●
Bulan Ramadan
591 H, menurut Adz-Dzahabi (w. 748 H) dalam Tarikh
Al-Islam.
Pendapat yang kuat adalah yang pertama karena
Ibnu An-Najjar adalah orang yang paling dekat dengan zaman Sayid Isa dan ia
mengklaim telah melihat dengan mata kepalanya sendiri nisan Sayid Isa beserta
tanggal wafatnya tertulis di situ. Sayid Isa meninggal di Kairo dan dimakamkan di Qarafah Sughra. Di kemudian hari dibuatlah masjid yang dikenal orang sekitar Masjid Sayidi Isa Abu Rummanah. Dimakamkan juga di dalam masjid, Syekh 'Ala'uddin bin Muhammad, cicit Sayid 'Abdurrazzaq bin 'Abdulqadir Al-Jili. Wa Allahu a'lam.
Gambar 1: Makam Sayid Isa bin 'Abdulqadir Gambar 2: Masjid dan Makam Sayid Isa berada di Al-Basatin, Qarafah Sughra
Gambar 3: Tampak dalam Masjid dan Makam Sayid Isa bin 'Abdulqadir |
Referensi
Az-Zirikli, Al-A'lam
Jamaluddin Falih Al-Kilani, Asy-Syaikh ‘Abdulqadir Al-Kilani Ru’yah
Tarikhiyyah Mu’ashirah
Asy-Syathnufi, Bahjah Al-Asrar (Tahkik Jamaluddin Falih Al-Kilani)
Adz-Dzahabi, Tarikh Al-Islam
Hasan Qasim, Al-Mazarat Al-Islamiyyah
As-Sakhawi, Tuhfah Al-Ahbab
Sulaiman Al-Hawat, As-Sirr Azh-Zhahir
Muhammad bin Yahya At-Tadufi, Qala’id Al-Jawahir
‘Abdulqadir bin Muhammad Ath-Thabari, Kasyf An-Niqab
‘Abdurrazzaq Al-Kilani, Asy-Syaikh 'Abdulqadir Al-Jilani Al-Imam Az-Zahid Al-Qudwah
Ahmad Wildan
22 Rabiulakhir 1446 H
Hay Sayidah Fathimah An-Nabawiyyah, Ad-Darb Al-Ahmar, Kairo