25 October 2024

Sayid Isa bin 'Abdulqadir Al-Jili: Penyebar Tarekat Al-Qadiriyyah di Mesir


Nama & Nisbah

Namanya adalah Syarafuddin, Abu Muhammad, Abu ‘Abdurrahman, Isa bin ‘Abdulqadir bin Abu Shalih Musa Al-Hasani Al-Jili Al-Baghdadi Al-Hanbali Al-Qadiri.

 

Nisbah Al-Hasani merujuk kepada Imam Al-Hasan bin Ali karena nasabnya bersambung ke sana. Tentang nasabnya, ada sebagian sejarawan yang menuliskannya sampai Imam Al-Hasan bin Ali, dan ada pula yang menuliskannya sampai Imam Al-Husain bin Ali. Namun yang rajih adalah yang pertama, sebagaimana riwayat Ibnu Al-Jauzi dalam Al-Muntazham. Karena Ibnu Al-Jauzi adalah orang yang sezaman dengan Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili. Adapun nasab Sayid Isa secara lengkap adalah sebagai berikut.

 

Isa bin Abu Shalih Muhyiddin ‘Abdulqadir bin Abu Shalih Musa Ats-Tsalis bin Abdullah Al-Jili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad Al-Madani bin Daud Amir Makkah bin Musa Ats-Tsani bin Abdullah Abu Al-Makarim bin Musa Al-Jaun bin Abdullah Al-Mahdh bin Al-Hasan Al-Mutsanna bin Imam Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib.

 

Kendati yang rajih adalah nasabnya jalur ke Imam Al-Hasan bin Ali, ternyata nasab Sayid Isa juga bersambung ke Imam Al-Husain melalui jalur neneknya yang bernama Ummu Al-Khair Amatuljabbar Fathimah binti Abdullah Ash-Shauma’i. Adapun nasabnya secara lengkap adalah sebagai berikut.

 

Isa bin 'Abdulqadir bin Ummu Al-Khair Amatuljabbar Fathimah binti Abdullah Ash-Shauma'i bin Abu Jamaluddin Muhammad bin Mahmud bin Abu Al-’Atha’ Abdullah bin Kamaluddin Isa bin Abu ‘Ala’uddin Muhammad Al-Jawad bin Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kazhim bin Ja'far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zain Al-'Abidin bin Imam Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib.

 

Selain itu Sayid Isa juga mempunyai hubungan nasab dengan Shahabah Abubakar Ash-Shiddiq dan Shahabah Umar bin Al-Khaththab. Diungkapkan oleh Syekh Yunus As-Samira’i bahwa nenek Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili dari jalur ayah yang bernama Ummu Salamah itu adalah zuriah Shahabah ‘Abdurrahman bin Abubakar. Sedangkan Abdullah Al-Mahdh, salah satu nenek moyang Sayid ‘Abdulqadir itu punya ibu bernama Hafshah binti Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab.

 

Nisbah Al-Jili bukan merujuk kepada tempat kelahiran Sayid Isa. Kemungkinan besar Al-Jili melekat pada namanya karena ayahnya, Syekh ‘Abdulqadir, yang telah masyhur dengan nisbah Al-Jili. Sedangkan jika ingin diteliti, nisbah Al-Jili sebenarnya merujuk kepada Desa Al-Jil, Kota Al-Mada’in, Irak. Bukan merujuk kepada Jilan, sebuah daerah di Thabaristan. Sehingga penisbahan Sayid ‘Abdulqadir dengan Al-Jilani menjadi tidak tepat.

 

Nisbah Al-Baghdadi merujuk kepada tempat kelahiran Sayid Isa yaitu Baghdad, Irak. Karena ayahnya, Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili, hijrah dari Al-Jil, Irak ke Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Di Baghdad beliau berguru, membangun rumah tangga, hingga wafat di sana. Nisbah Al-Hanbali merujuk kepada Imam Ahmad bin Hanbal yaitu pendiri mazhab yang dianutnya. Sedangkan nisbah Al-Qadiri merujuk kepada tarekat Al-Qadiriyyah yang ia anut.

 

Mengenyam Pendidikan

Tidak diketahui secara pasti kapan Sayid Isa dilahirkan. Di dalam buku-buku sejarah pun tidak disebutkan sama sekali kehidupan masa kecil beliau. Namun setidaknya sejarawan mencatat beberapa nama guru dan murid Sayid Isa serta sedikit riwayat hidupnya.

 

Selayaknya putra seorang ulama besar, ia mendapatkan pendidikan pertama dari sang ayah mengenai dasar-dasar ilmu agama. Apalagi kredibilitas sang ayah sebagai seorang fakih, ahli hadis, dan sufi tidak ada yang menyangsikan. Selain kepada sang ayahanda, Sayid Isa juga berguru kepada ulama-ulama di kampung halamannya, Baghdad, seperti Syekh Abu Al-Hasan Muhammad bin Shirma, dan ulama-ulama ternama semasanya.

 

Sayid Isa sangat tekun belajar sehingga ia diizinkan untuk mengajar, meriwayatkan hadis, berceramah, dan berfatwa. Tidak kalah penting, Sayid Isa juga mendapatkan ijazah tarekat dari ayahnya sehingga ia bisa menyebarkan dan mengijazahkan tarekat Al-Qadiriyyah ke masyarakat luas.

 

Hijrah Ke Syam dan Mesir

Sepeninggal sang ayah, Sayid ‘Abdulqadir Al-Jili, yaitu pada 10 Rabiulakhir 561 H, Sayid Isa hijrah keluar Baghdad untuk mencari guru. Ia memasuki Syam pada tahun 562 H. Di ibukotanya, Damaskus, ia berguru kepada Syekh Ali bin Mahdi bin Al-Mufarrij Al-Hilali.

 

Setelah dari Syam, Sayid Isa hijrah ke Mesir. Di sana ia mendapat sambutan baik oleh ulama dan masyarakatnya. Sayid Isa mendirikan majelis dan mengajar masyarakat di sana. Banyak ulama yang menyerap ilmu darinya baik dari dalam maupun mancanegara. Sayid Isa adalah putra ulama ternama yang mendapat gelar Syaikh Baghdad (Guru Besar Negeri Baghdad), tentunya masyarakat Mesir sangat antusias untuk mendengarkan hadis yang didapat dari ayahnya. Ia pulalah yang memegang sanad tertinggi tarekat ayahnya Al-Qadiriyyah yang kelak akan tersebar luas ke pelosok dunia. Di antara muridnya di Mesir yang tercatat adalah:

     Syekh Abu Turab Rabi’ah bin Al-Hasan Al-Hadhrami Ash-Shan’ani

     Syekh Musafir bin Ya’mur Al-Mishri

     Syekh Hamid bin Ahmad Al-Artaji

     Syekh Ahmad bin Ahmad, paman dari Syekh Hamid Al-Artaji

     Syekh ‘Abdulkhaliq bin Shalih Al-Qurasyi Al-Umawi Al-Mishri

     Syekh Ahmad bin Maisarah bin Ahmad Al-Hallal Al-Hanbali

Selama di Mesir, Sayid Isa juga sempat pergi ke Al-Iskandariyyah dan mengambil riwayat hadis dari Al-Hafizh Abu Thahir As-Silafi.

 

Karya Tulis

Ada dua manuskrip yang dinisbahkan kepada Sayid Isa bin 'Abdulqadir Al-Jili. Manuskripnya dapat diperiksa di Dar Al-Kutub Al-Mishriyyah atau Perpustakaan Umum Mesir.

 

     Jawahir Al-Asrar wa Latha’if Al-Anwar (tentang ilmu tasawuf)

     Jawahir Al-Adab (tentang syiir dan balaghah)

 

Wafat di Mesir

Semenjak masuknya Sayid Isa ke Mesir, mazhab Hanbali semakin banyak pengikutnya dan tarekat Al-Qadiriyyah mulai banyak diikuti oleh masyarakat Mesir. Sehingga bisa dikatakan bahwa Sayid Isa bin ‘Abdulqadir Al-Jili adalah orang pertama yang menyebarkan tarekat Al-Qadiriyyah di Mesir. Mengenai tanggal wafat Sayid Isa ada perbedaan pendapat.

 

     Tanggal 12 Ramadan 573 H/11 Maret 1178 M, menurut Ibnu An-Najjar (w. 643 H) sebagaimana klaimnya bahwa tanggal tersebut tertera di nisan Sayid Isa di Qarafah Sughra;

     Tanggal 18 Ramadan 573 H/17 Maret 1178 M, menurut Sulaiman Al-Hawat bahwa ia mengutip dari Al-’Urf Al-’Athir milik ‘Abdussalam Al-Qadiri (w. 1698 H);

     Bulan Ramadan 591 H, menurut Adz-Dzahabi (w. 748 H) dalam Tarikh Al-Islam.

 

Pendapat yang kuat adalah yang pertama karena Ibnu An-Najjar adalah orang yang paling dekat dengan zaman Sayid Isa dan ia mengklaim telah melihat dengan mata kepalanya sendiri nisan Sayid Isa beserta tanggal wafatnya tertulis di situ. Sayid Isa meninggal di Kairo dan dimakamkan di Qarafah Sughra. Di kemudian hari dibuatlah masjid yang dikenal orang sekitar Masjid Sayidi Isa Abu Rummanah. Dimakamkan juga di dalam masjid, Syekh 'Ala'uddin bin Muhammad, cicit Sayid 'Abdurrazzaq bin 'Abdulqadir Al-Jili. Wa Allahu a'lam.

 

Gambar 1: Makam Sayid Isa bin 'Abdulqadir

Gambar 2: Masjid dan Makam Sayid Isa berada di Al-Basatin, Qarafah Sughra

Gambar 3: Tampak dalam Masjid dan Makam Sayid Isa bin 'Abdulqadir

Referensi

Az-Zirikli, Al-A'lam

Jamaluddin Falih Al-Kilani, Asy-Syaikh ‘Abdulqadir Al-Kilani Ru’yah Tarikhiyyah Mu’ashirah

Asy-Syathnufi, Bahjah Al-Asrar (Tahkik Jamaluddin Falih Al-Kilani)

Adz-Dzahabi, Tarikh Al-Islam

Hasan Qasim, Al-Mazarat Al-Islamiyyah

As-Sakhawi, Tuhfah Al-Ahbab

Sulaiman Al-Hawat, As-Sirr Azh-Zhahir

Muhammad bin Yahya At-Tadufi, Qala’id Al-Jawahir

‘Abdulqadir bin Muhammad Ath-Thabari, Kasyf An-Niqab

‘Abdurrazzaq Al-Kilani, Asy-Syaikh 'Abdulqadir Al-Jilani Al-Imam Az-Zahid Al-Qudwah


Ahmad Wildan

22 Rabiulakhir 1446 H

Hay Sayidah Fathimah An-Nabawiyyah, Ad-Darb Al-Ahmar, Kairo

Tim website Komunitas Sarkub Mesir.