Nama lengkapnya adalah Ali bin Hasan bin Ahmad
bin Muhammad bin Abdurraziq Al-Azhari. Lahir pada tahun 1305 H/1888 M, di
sebuah desa bernama Abu Jirj, Markaz Bani Mazar, Provinsi Al-Minya. Ia
merupakan adik kandung dari salah satu Syekhul-Azhar yaitu Syekh Mushthafa Abdurraziq, Syekhul-Azhar ke-31.
Ali Abdurraziq lahir dari keluarga berilmu,
juga tumbuh dalam lingkungan yang sangat mementingkan ilmu, terutama ilmu
agama. Kakeknya, Abdurraziq, merupakan seorang qadhi (hakim) di Al-Bahnasa, sebuah daerah yang mempunyai peradaban
besar sejak zaman dahulu. Ayahnya, Hasan Abdurraziq juga merupakan salah satu
ulama serta politikus berpengaruh pada masanya. Ayahnya yang juga sahabat karib
Muhammad Abduh itu merupakan ketua dewan perwakilan rakyat di wilayah Al-Minya.
Bersama Muhammd Abduh, ia mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan Jam’iyyah Al-Khairiyyah Al-Islamiyyah.
Ia juga merupakan wakil ketua Hizb
Al-Ummah (Partai Rakyat), sebuah partai yang didirikan untuk menandingi Hizb Al-Wathan (Partai Kebangsaan).
Perjalanan Keilmuan Ali Abdurraziq
Sebagaimana tradisi keilmuan ulama Al-Azhar,
Ali Abdurraziq sudah hafal Al-Qur'an sejak kecil dan belajar di kuttab yang ada di desanya, kemudian ia
melanjutkan pendidikanya di Al-Azhar. Di Al-Azhar ini Ali belajar berbagai
disiplin ilmu, mulai dari ilmu syar’iyyat,
aqliyyat maupun lisaniyyat kepada
ulama besar yang ada di Al-Azhar pada saat itu, seperti Syekh Abu Khathwah dan
Syekh Abu ‘Ilyan. Ali Abdurraziq dikenal tekun dan pandai saat ia di Al-Azhar,
mempunyai cita-cita luhur untuk masa depannya.
Tidak hanya belajar di Al-Azhar saja, ia juga
mengikuti perkuliahan yang ada di Universitas Mesir (yang sekarang menjadi
American University), di sana ia belajar Sastra Arab kepada Prof. Carlo Alfonso
Nallino dan juga belajar Perbandingan Bahasa Semit kepada Prof. Enno Littmann.
Setelah beberapa tahun belajar di Al-Azhar,
akhirnya pada tahun 1911 M, ia memperoleh Syahadah
Al-‘Alimiyyah di bidang Sastra Arab
Universitas Al-Azhar. Setelah lulus ia juga sempat mengajar ilmu bayan (ilmu
retorika) dan sejarahnya di Universitas Al-Azhar. Namun Ali Abdurraziq hanya
beberapa bulan saja mengajar di Al-Azhar, karena pada tahun 1912 M, ia melanjutkan
studinya di Universitas Oxford, Inggris. Di sana ia belajar ilmu ekonomi
politik dan sosial. Selama di Inggris, Ali Abdurraziq banyak membaca dan
mempelajari teori-teori Barat, terutama teori-teori politik sebagai bidang
kajianya, di antaranya Teori Politik Thommas Hobbes dan John Locke. Pengalaman
belajarnya di Inggris inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap
pemikirannya, terutama di bidang rasionalitas dalam berpikir, dan kebebasan
dalam berpendapat, yang nantinya akan dia terapkan di Mesir.
Sebagai seorang Azhary yang juga mengenyam pendidikan di Oxford, Ali Abdurraziq seakan menyatukan dua peradaban besar, Peradaban Timur dan Peradaban Barat. Peradaban Timur dengan spiritualismenya dan Barat dengan materialismenya yang tentu saja merupakan dua unsur yang sangat berbeda menyatu dalam diri Ali Abdurraziq. Peradaban Timur ia jadikan sebagai akar keilmuan, sehingga ia mempunyai prinsip yang kuat. Sementara Peradaban Barat ia jadikan sebagai dahan, yang darinya Ali Abdurraziq mampu melahirkan berbagi pemikiran progresif. Ali Abdurraziq mengenyam pendidikan di Inggris selama kurang lebih tiga tahun, karena pada tahun 1915 M terjadi perang dunia I yang mengharuskannya kembali ke Mesir.
Perjalanan Karir Syekh Ali Abdurraziq
Sepulangnya dari Inggris, Syekh Ali Abdurraziq mulai
meniti karirnya, baik dalam dunia pendidikan maupun politik. Karirnya dimulai
ketika ia ditunjuk untuk menjadi seorang hakim di Mahkamah Al-Iskandariyyah Al-Islamiyyah (Pengadilan Agama
Alexandria). Di sela-sela kegiatannya sebagai seorang hakim, ia juga mengajar
Sastra di Ma’had Al-Dini Al-Iskandari.
Pada tahun 1925 M, Syekh Ali Abdurraziq menerbitkan sebuah buku yang berjudul Al-Islam wa Ushul Al-Hukm Bahts fi
Al-Khilafah wa Al-Hukumah fi Al-Islam (Islam dan Prinsip-Prinsip
Pemerintahan: Kajian Tentang Kekhilafahan dan Pemerintahan dalam Islam).
Tidak lama buku ini terbit, timbul beberapa
gejolak di masyarakat. Karena muatan buku ini sangatlah sensitif. Hingga
gejolak ini mengakibatkannya dicopot dari jajaran ulama Al-Azhar, karena
dinilai menyimpang dari prinsip-prinsip Islam dan Al-Azhar. Ironis, setelah kejadian itu ia kemudian terpilih menjadi anggota Majelis Perwakilan Rakyat Mesir,
kemudian ia juga terpilih anggota Majelis Asy-Syuyukh (dewan senator). Keanggotaanya dalam dua majelis inilah yang
mengantarkan Syekh Ali Abdurraziq menjabat sebagai Menteri Wakaf Mesir pada tahun
1947 M.
Terdapat cerita menarik dibalik peristiwa yang dialami Syekh Ali Abdurraziq tersebut, sebagaimana dituliskan oleh Syekh Ahmad Ali Thaha Rayyan, cerita tersebut ia dapatkan dari Syekh Muslim yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Komite Fatwa Al-Azhar, bahwa setelah peristiwa tersebut Syekh Muslim menemui Syekh Ali Abdurraziq. Dalam pertemuan tersebut Syekh Ali Abdurraziq mengatakan dan meyakinkan bahwa ia tidak menuliskan satu huruf pun dalam buku fenomenal itu. Tetapi yang menulis buku tersebut adalah sahabatnya sendiri, yaitu Dr. Thaha Husein. Dialah yang menuliskan buku tersebut dan menisbahkannya kepada Ali Abdurraziq. Demi menjaga persahabatan erat yang sudah terjalin di antara mereka berdua, Syekh Ali Abdurraziq memilih untuk tidak menceritakan hal tersebut ketika Sidang Komite Disiplin maupun setelahnya. Syekh Ali Thaha Rayyan menceritakan hal ini dengan maksud untuk menjaga nama baik keluarga Abdurraziq, keluarga yang kaya akan agama, ilmu, serta moralitas. Wallahu a’lam.
Syekh Ali Abdurraziq juga tercatat pernah menjadi dosen di Universitas Raja Fahd I (sekarang Universitas Kairo). Di Universitas tersebut ia menjadi dosen program doktoral Fakultas Syariah Islamiyyah, ia mengajar salah satu sumber hukum Islam, yaitu ijmak. Selain itu, ia juga tercatat menjadi anggota Majma’ Al-Lughah Al-'Arabiyyah (Pusat Studi Bahasa Arab), di dalamnya ia bergabung di berbagai komite, seperti Komite Kamus Al-Quran, Komite Aset, Komite Kamus Besar, Komite Bahasa Peradaban dan Komite Sastra.
Karya-karya Syekh Ali Abdurraziq
Selain Al-Islam wa Ushul Al-Hukm, Syekh Ali Abdurraziq juga memiliki beberapa karya yang dipublikasikan. Di antaranya adalah: Amali Ali Abdurraziq fi ‘Ilm Al-Bayan wa Tarikhihi, kitab tentang ilmu retorika dan sejarahnya. Kitab ini merupakan kumpulan dari materi kuliah yang ia sampaikan ketika mengajar di Universitas Al-Azhar. Al-Ijma’ fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah (Ijmak Menurut Syariat Islam), buku ini juga merupakan kumpulan materi kuliah yang ia sampaikan saat mengajar di Program Doktoral Universitas Kairo. Dan Min Atsar Mushthafa Abdurraziq, sebuah buku yang menceritakan tentang kakaknya sendiri, yaitu Syekh Mushthafa Abdurraziq.
Wafatnya Syekh Ali Abdurraziq
Syekh Ali Abdurraziq wafat pada 24 Rabiulawal
1386 H yang bertepatan pada 13 Juni 1966 M. Ia kemudian dimakamkan di
permakaman keluarga Abdurraziq, di Qarafah Sughra. Tempat yang sama di mana
ayah, kakek, dan kakaknya, Mushthafa Abdurraziq dimakamkan.
Daftar Pustaka
Ahmad Thaha Rayyan. At-Tadzkir bi Jihad Qadah Al-Mu’assasah Al-Azhariyyah Al-Mubarakah.
Kairo : Maktabah Al-Iman, 2017.
Muhammad Al-Bin’iyadi. Nahwa Fiqh li Al-Istighrab, Muqarabah Nazhariyyah wa Tarikhiyyah.
Qatar: Dar Al-Kutub Al-Qathriyyah, 2009.
Muhammad 'Imarah. Al-Islam wa Ushul Al-Hukm li Ali Abdurraziq, Dirasah wa Watsa`iq.
Beirut: Al-Mu`assasah Al-Arabiyyah li Al-Dirasat wa Al-Nasyr, 2000.
Muhammad Mahdi ‘Allam. Al-Majma’iyyun. Kairo: Hai`ah ‘Ammah li Syu`uni Al-Mathabi’
Al-Amitiyyah, 1966.
Sameh Karim. A’lam Mansiyyun. Kairo: Al-Hai`ah Al-Mishriyyah Al-‘Ammah li
Al-Kitab.
Usamah al-Azhari, Jamharah A`lam Al-Azhar Asy-Syarif, Maktabah al-Iskandariyyah,
Alexandria, 2019, vol. V.
Rendi Suweno